Iklan

REDAKSI
25 November, 2024, November 25, 2024 WIB
Last Updated 2024-11-25T09:55:42Z
Topik Pilihan

Merry Sitepu Hadir di Tengah Puing-Puing Kehancuran: Anggota DPRD Deli Serdang Menguatkan Korban Banjir dengan Air Mata"

Foto : Merry Alfrida Br. Sitepu, SH.anggota DPRD Deliserdang dari Fraksi Demokrat, hadir dengan hati yang penuh kasih dan empati.

Sabtu malam, 23 November 2024, langit yang cerah tiba-tiba berubah gelap. Hujan turun dengan lebatnya, membawa kehancuran yang tak terduga. Dalam sekejap, Desa Martelu di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, diterjang banjir bandang yang begitu dahsyat. Bencana ini bukan hanya menghanyutkan rumah-rumah, tetapi juga harapan-harapan dan impian-impian yang dibangun dengan susah payah. Nyawa terenggut, sembilan orang lainnya terluka, dan sebagian warga kehilangan tempat tinggal.

Desa yang sebelumnya tenang kini penuh dengan kepedihan dan ketakutan. Di tengah kehancuran yang luar biasa itu, warga yang selamat hanya bisa melihat dengan mata yang kosong, berusaha menenangkan diri dan keluarga yang kehilangan segalanya. Rumah yang dulu kokoh berdiri, kini hancur dalam sekejap. Gereja yang menjadi tempat perlindungan bagi banyak orang juga runtuh bersama air yang begitu deras. Semua yang mereka miliki, hilang begitu cepat.

Namun, di tengah kegelapan dan keputusasaan itu, datang seorang sosok yang mencoba memberikan harapan. Merry Alfrida Br. Sitepu, SH., M.Kn., anggota DPRD Deliserdang dari Fraksi Demokrat, hadir dengan hati yang penuh kasih dan empati. Ia tidak hanya datang sebagai wakil rakyat, tetapi juga sebagai seorang sahabat, sebagai seorang saudara. Dalam kesedihan yang begitu mendalam, kehadirannya adalah sumber kekuatan yang sangat berarti.

"Merry Sitepu hadir di tengah-tengah puing-puing, menyapa warga yang berduka dengan suara yang bergetar. 'Kami di sini untuk menguatkan kalian,' ucapnya dengan penuh empati, mencoba menghapus kesedihan yang begitu dalam di mata para korban. Suaranya terdengar lembut, namun penuh rasa, seolah membawa sedikit harapan di tengah kegelapan. Di setiap langkahnya, ia merasakan duka yang sama, tetapi ia tahu, keberadaannya di sana memberikan sedikit ketenangan."

Tatapan mata Merry yang penuh kelembutan menyapa setiap korban yang kehilangan keluarga, rumah, dan harapan. Ia berbicara dengan mereka yang tengah meratapi kehilangan, mendengarkan setiap kisah yang mereka bagi dengan penuh perhatian. "Kami berdoa untuk kalian. Semoga Tuhan memberikan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Semoga Tuhan melindungi kita semua," kata Merry, suaranya hampir pecah oleh haru. Setiap kata itu bukan hanya sebuah doa, tetapi juga pelukan bagi mereka yang merasakan dunia mereka runtuh.

Di posko pengungsian, Merry Sitepu berbicara dengan para korban yang masih terkejut dan bingung dengan keadaan mereka. Di tengah keadaan yang kacau, ia tidak hanya mengingatkan mereka untuk bertahan, tetapi juga menyampaikan bahwa mereka tidak sendirian. Kehadirannya mengingatkan mereka bahwa di saat-saat paling sulit pun, ada yang peduli, ada yang siap memberikan dukungan.

Namun, meskipun segala upaya telah dilakukan, ada hal yang tidak bisa digantikan. Kehilangan yang begitu besar, rasa sakit yang dalam, tidak bisa dibayar dengan apa pun. Warga yang kehilangan orang-orang tercinta, rumah yang telah hancur, dan masa depan yang kini tampak gelap, hanya bisa mengandalkan kebersamaan dan kekuatan hati mereka. Meskipun Merry Sitepu dan Marim Sitepu, bersama tim SAR, TNI, dan Polri, bekerja keras untuk membantu mencari korban yang hilang dan merapikan puing-puing, tidak ada yang bisa mengembalikan apa yang telah hilang.

Meskipun bencana ini telah mengambil banyak hal, satu hal yang masih hidup adalah harapan. Harapan bahwa meskipun dunia mereka hancur, mereka masih memiliki satu sama lain. Bahwa meskipun rumah-rumah mereka hanyut, kasih sayang dan dukungan akan selalu ada, dan itu yang akan membawa mereka untuk bangkit.

Merry Sitepu mengingatkan kita semua, bahwa dalam setiap bencana, yang paling dibutuhkan bukan hanya bantuan fisik, tetapi juga hati yang tulus, yang siap mengulurkan tangan. "Kami ada di sini, untuk kalian," ucapnya dengan penuh ketulusan. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menyembuhkan luka yang dalam, namun dalam kebersamaan, kita menemukan kekuatan untuk melangkah maju.

Banjir ini mengajarkan kita tentang kehidupan yang begitu rapuh, tentang bagaimana kita sering kali merasa kehilangan segalanya dalam sekejap. Tapi di tengah kesedihan yang mendalam, kita diajarkan pula bahwa kasih sayang, kepedulian, dan dukungan dari sesama adalah yang paling penting. Mari kita renungkan, jangan biarkan mereka yang sedang berduka berjuang sendirian. Mari kita buka hati dan tangan kita, memberi sedikit harapan dan kasih sayang,tutup Mery dengan mata bekaca-kaca.

(Red/v/Roy Ginting)**