JAKARTA INDOKOMNEWSTV.COM Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk tetap waspada dalam menghadapi pandemi Covid-19, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru.
Meski tren kasus harian mulai menurun, Presiden meminta sejumlah daerah diawasi secara ketat agar tidak terjadi lonjakan kasus.
"Presiden juga menegaskan bahwa lima provinsi yang jumlah kasusnya sudah mulai menurun dan ada indikasi peningkatan harus diawasi secara ketat.
Jadi lima provinsi di antaranya adalah provinsi di Jawa,"kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya di Kantor Presiden, Jakarta,seperti dilansir dialaman presidenri.go.id ,Senin 15 November 2021
Lanjut Budi mengatakan pertemuan itu juga membahas pembelajaran tatap muka (PTM). Presiden mengarahkan pengawasan yang ketat dilakukan terhadap sekolah yang menerapkan PTM agar jika ada indikasi kasus bisa segera ditangani.
“Saya dan Pak Nadiem akan segera berkonsolidasi. Rencananya mudah-mudahan minggu ini kita bisa menyelesaikan bagaimana kita bisa tetap melaksanakan program tatap muka namun dengan pengawasan yang aktif dan lebih proaktif,” lanjutnya.
Terkait vaksinasi, Budi menjelaskan dari target vaksinasi 208 juta orang, 60 persen sudah mendapat vaksin dosis pertama dan 40 persen sudah mendapat dosis lengkap.
Hingga akhir tahun, lanjut Budi, pihaknya memperkirakan total suntikan vaksin bisa mencapai 290 hingga 300 juta suntikan dengan perkiraan 78 persen populasi target menerima suntikan dosis pertama dan 60 persen menerima dosis lengkap.
Menurutnya, angka tersebut melebihi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 40 persen dari dosis lengkap.
Selain itu, Kepala Negara juga menekankan masa berlaku vaksin. Presiden meminta daerah lebih memperhatikan masa berlaku vaksin agar tidak ada stok vaksin yang kadaluarsa.
“Kalau misalnya mendekati kadaluarsa, mungkin bisa kita transfer ke provinsi lain yang masih membutuhkan atau kita bisa transfer ke TNI dan Polri,” tambah Budi.
Untuk obat-obatan, Menkes berharap obat Molnupiravir dari pabrikan Merck, Amerika Serikat, bisa segera tiba di Indonesia.
Kemenkes juga terus mengkaji obat-obatan lain yang juga dapat mengurangi risiko orang dengan kasus terkonfirmasi masuk rumah sakit.
“Kami akan terus bekerja sama dengan BPOM untuk mempelajari pengobatan alternatif,” ujarnya.**